Friday, January 6, 2012

Tugas komputer (ddesain kemasan)


practical work report (storage nd package)


PRACTICAL WORK REPORT
Teknik Penyimpanan Dan Pengemasan Benih









Oleh :
Nama : Rida Purwanti
NIM : A4109401
Prodi : Teknik Produksi Benih (TPB)
Judul Praktikum : “Pengamatan Penyimpanan Benih Pada Berbagai Suhu (Kulkas, Dalam Ruang,Dan Luar Ruang)”




KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Oktober - Desember , 2011
1. PENDAHULUAN
1.1 DasarTeori
Pengadaan benih bermutu tinggi merupakan unsur penting dalam upaya peningkatan produksi tanaman. Pengadaan benih sering dilakukan beberapa waktu sebelum musim tanam sehingga benih harus disimpan dengan baik agar mempunyai daya tumbuh yang tinggi saat ditanam kembali. Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah dilapangan (field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman (Copeland dan Donald, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi factor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik , daya tumbuh dan vigor,kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu :
Mengetahui pengaruh penyimpanan benih  terhadap daya berkecambah
Mempengaruhi suhu pada penyimpanan benih





2. METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
Cawan Aluminim
Plastic
Oven
Bahan yang digunakan :
Kertas Merang
Air
Label
Tali Rapia
Benih Jagung dan Kedelai dalam berbagai penyimpanan
2.2 Prosedur kerja
a. Uji Daya Kecambah
1. Menyiapkan kertas merang lembab
2. Alaskan kertas merang dengan plastic
3. Menyusun 40 butir benih jagung dan kedelai diatas kertas merang secara zis-zag
4. Menutup kembali dengan kertas merang
5. Menggulung kedua lapis kertas merang yang sudah berisi benih lalu ikat dengan benih tali rapia
6. Memberi label
7. Amati perkecambahannya selama 7 hari
b. Uji Kadar Air
8. Menimbang 5gram benih jagung dan kedelai didalam cawan aluminium
9. Masukan benih dalam oven bersuhu 135˚C selama 1 jam
10. Timbang berat benih setelah dioven
11. Mengamati perubahan kadar airnya
3. HASIL PENGAMATAN

a. Data Pengamatan Daya Kecambah benih kedelai dan jagung
Tabel 1.  Pengamatan Daya Berkecambah Kedelai
Perlakuan Ulangan Total Persentase
1 2 3 4
Kulkas 6 33 21
Dalam ruang 13 36 27
Luar ruang 7 3 26

Tabel 2.  Pengamatan Daya Berkecambah Jagung
Perlakuan Ulangan Total Persentase
1 2 3 4
Kulkas 35 37 30
Dalam ruang 30 40 33
Luar ruang 12 26 28

b. Data Pengamatan Kadar Air benih kedelai dan jagung
Tabel 3.  Pengamatan Kadar Air benih Kedelai
Kulkas
Ulangan M1 M2 M3 M2-M1 M2-M3 KA% Rata-rata
1 5,2 10,2 10 5 0,2 4%
2 5 10 9,8 5 0,2 4% 6%
3 5,7 10,7 10,2 5 0,5 10%
4 25,9 30,9 30,6 5 0,3 6%

Dalam ruang
Ulangan M1 M2 M3 M2-M1 M2-M3 KA% Rata-rata
1 5,3 10,3 10 5 0,3 6%
2 5,3 10,3 9,8 5 0,5 10% 12%
3 5,7 10,7 9,8 5 0,9 18%
4 26,4 31,5 30,8 5,1 0,7 14%

Luar  ruang
Ulangan M1 M2 M3 M2-M1 M2-M3 KA% Rata-rata
1 5,3 10,3 9,9 5 0,4 8%
2 5,1 10,1 9,7 5 0,4 8% 11%
3 6 11 10,1 5 0,9 18%
4 26,4 31,4 30,9 5 0,5 10%

Tabel 4.  Pengamatan Kadar Air benih Jagung
Kulkas
Ulangan M1 M2 M3 M2-M1 M2-M3 KA% Rata-rata
1 5,4 10,4 10,3 5 0,1 2%
2 5,4 10,4 10,,3 5 0,1 2% 4%
3 5,6 10,7 10,5 5,1 0,2 4%
4 26,75 31,8 31,4 5,05 0,4 8%
Dalam ruang
Ulangan M1 M2 M3 M2-M1 M2-M3 KA% Rata-rata
1 5,8 10,8 10,5 5 0,3 6%
2 5,1 10,1 9,9 5 0,2 4% 6%
3 5,6 10,7 10,4 5,1 0,3 6%
4 26,3 31,3 30,9 5 0,4 8%

Luar  ruang
Ulangan M1 M2 M3 M2-M1 M2-M3 KA% Rata-rata
1 5,3 10,3 10,1 5 0,2 4%
2 5,1 10,1 9,8 5 0,3 6% 8,5%
3 5,6 10,6 10 5 0,6 12%
4 26,7 31,7 31,2 5 0,5 10%

















4. PEMBAHASAN

Dalam penyimpanan benih, dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut. Maka kadar airnya harus tepat. Dan hal ini berhubungan dengan kondisi temperatur atau suhu saat simpan . temperatur yang terlalu tinggi dalam penyimpanan dapat membahayakan dan mengakibatkan kerusakan pada benih . karena akan memperbesar terjadinya penguapan zat cair dari dalam benih , sehingga benih akan kehilangan daya imbibisi dan kemampuan untuk berkecambah. Protoplasma dari embrio dapat mati akibat keringnya sebagian atau seluruh bagian benih (sutopo,2002), semakin rendah suhu kemunduran viabilitas benih dapat dikurangi, sedangkan semakin tinggi temperatur , semakin meningkat laju kemunduran viabilitas benih .
Pada praktikum ini , Pengaruh penyimpanan benih jagung dan kedelai  pada berbagai suhu (kulkas, dalam ruangan, dan luar ruangan) , dilihat berdasarkan pengamatan kekuatan daya berkecambah benih dan kadar air benihnya. dan  dalam suatu penyimpanan benih pada kondisi tertentu akan berpengaruh terhadap kualitas benih. perlakuan penyimpanan dengan berbagai suhu yaitu suhu rendah 3°C - 5°C (kulkas), suhu sedang < 27°C (dalam ruangan), suhu tinggi > 27°C (luar ruangan) masing – masing mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kondisi benih. apabila kondisi tersebut menguntungkan bagi benih maka kualitas viabilitas dan ka benih akan tetap terjaga. Sedangkan pada kondisi yang tidak menguntungkan maka akan mengakibatkan  deteriorasi (kemunduran benih).
Berdasarkan data pengamatan pada tabel 1 dan 2 ,  % DK benih jagung dan kedelai yang disimpan pada kulkas, dalam, dan luar ruangan , didapatkan bahwa .............., untuk viabilitas benih kedelai pada suhu.....˚C pada ....... selama 2  bulan Daya tumbuh benih






Kemudian untuk % Kadar air  benih jagung dan kedelai didapatkan hasil sbb:
% Kada Air benih kedelai
Perlakuan % KA (rata-rata)
Kulkas 6 %
Dalam ruangan 12 %
Luar Ruangan 11 %
% Kada Air benih jagung
Perlakuan % KA (rata-rata)
Kulkas 4%
Dalam ruangan 6%
Luar Ruangan 8,5 %

Kadar air benih merupakan salah satu  faktor internal yang mempengaruhi viabilitas benih. dan sangat ada kaitannya dengan kualitas daya kecambah benih . dan berdasarkan percobaan pada praktikum ini terdapat perbedaan pengaruh kondisi suhu simpa. Dimana pada kedelai % KA konstan pada suhu sedang atau disimpan dalam ruangan. Sedangkan pada jagung kadar air benih relatif konstan pada suhu tinggi atau yang disimpan diluar ruangan. prosentase  kadar air benih kedelai yang disimpan pada suhu sedang (< 27°C) lebih tinggi  dari pada yang disimpan pada suhu rendah dan suhu tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan dengan kondisi suhu yang tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi ini sangat menguntungkan bagi benih , sehingga kadar air benih kedelai terjaga. tetapi untuk Kadar air benih jagung kondisi yang relatif menguntungkan yaitu penyimpanan pada suhu > 27 °C di luar ruangan , yaitu dengan prosentase kadar air benih 8,5 %. Kemudian benih kedelai dan benh jagung yang disimpan pada suhu rendah (kulkas) kadar air menurun drastis yaitu  benih kedelai 6 % dan jagung 4 %.  dalam kondisi suhu kulkas yang sangat dingin ini sangat tidak menguntungkan bagi penyimpanan benih.





5. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan pengaruh perlakuan berbagai suhu terhadap penyimpanan benih pada praktikum ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. kekuatan viabilitas benih kedelai dan jagung terjaga atau prosentase tinggi  pada kondisi simpan dengan suhu ....
2. prosentase kadar air benih kedelai tinggi pada suhu simpan sedang (dalam ruangan), sedangkan benh jagung relatif tinggi pada suhu simpan tinggi (luar ruangan).

practical work (culture)


PRACTICAL WORK REPORT
TISSUE CULTURE










Oleh :
KELOMPOK 3







KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Oktober - Desember , 2011
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Sedangkan tahapan-tanhapan dari kultur jaringan itu sendiri dimulai dari pemilihan dan penyiapan tanaman induk sumber eksplan, inisiasi kultur, multifikasi dan perbanyakan propagul, pemanjangan tunas dan pertumbuhan akar dan aklimatisasi. Pada saat tahapan-tahapan tersebut berlangsung terutama pada tahapan multifikasi dan elongasi media untuk eksplan harus diganti, pergantian dari media lama ke media baru disebut dengan subkultur. Pada kesempatan kali ini, penulis akan melaporkan hasil praktikum subkultur pada tanaman anggrek
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktikum ini adalah :
Mahasiswa dapat mengetahui tahapan – tahapan kultur jaringan
Mahasiswa mampu melakukan subkultur pada tanaman anggrek





2. METODOLOGI
2.1  Alat dan bahan
Alat yang digunakan :
Dissecting set
Lampu Bunsen
Kertas steril
Tissu
Petridish
Botol semprot / hand sprayer
Bahan  yang digunakan :
Media MS0
Planlet bunga krisan yang siap disubkultur
Alkohol 96%
Alkohol 70%
Planlet anggrek yang sudah siap dikultur
Media MS0+arang+sari buah pisang

2.2 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan
2. Melakukan subkultur tanaman anggrek dengan cara :
1. Menyemprot tangan menggunakan alkohol 70% sebelum bekerja.
2. Mengambil kertas steril dan diletakkan pada papan kaca sebagai alas.
3. Mensterilkan media dengan mendekatkannya pada lampu spirtus dan menyiapkannya.
4. Mengambil plantlet tanaman anggrek satu persatu dengan menggunakan pinset, dan membersihkannya dari kotoran maupun sisa media yang terikut pada akar.
5. Memasukkan satu persatu tanaman anggrek kedalam media MS0+arang+jus pisang yang telah disiapkan sebanyak 3 - 5  tunas per botol dan diatur agar tersusun rapi dengan jarak proporsional agar tidak berebutan nutrisi.
6. Menutup botol kultur yang telah ditanami dan memberi label yang berisi informasi tentang nama tanaman, tanggal penanaman, dan nama penanam.
7. Menyimpan botol kultur diruang pertumbuhan.
8. Mengemasi semua alat yang telah digunakan dan mengembalikannya ketempat semula.
9. Melakukan pengamatan terhadap hasil subkultur satu minggu setelah dilaksanakan subkultur.
10. Melakukan diskusi, pembahasan dan membuat laporan praktikum













3. HASIL  PENGAMATAN
Hasil yang didapatkan dari praktikum subkultur ini adalah:
Tanggal Tanam : -
Tanggal Pengamatan : 22 Oktober 2011
Jumlah SK : 20 botol
Jenis Kontaminan :  Pada Media (jamur)
Jumlah Terkontaminasi : 100 %

Dengan hasil pengamatan setelah satu minggu disimpan di ruang pertumbuhan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1.










4. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan subkultur anggrek, yang dilakukan dengan memperbanyak anggrek dari yang dikulturkan , dimana subkultur adalah proses penanaman ulang dengan atau tidak adanya proses perbanyakan eksplan ke dalam media yang baru. Pada dasarnya subkultur kita memotong, membelah dan menanam kembali eksplan yang telah tumbuh sehingga jumlah tanaman akan bertambah banyak. Dan  subkultur merupakan tahap kegiatan yang relatif mudah dibandingkan dengan kegiatan lain dalam kultur jaringan. Pada praktikum ini  Untuk tanaman anggrek ini diperbanyak dengan multifikasi tunas, maka subkultur dilakukan dengan memisahkan anakan tanaman dari koloninya .
Pada dasarnya Subkultur dilakukan karena beberapa alasan berikut:
1. Tanaman sudah memenuhi atau sudah setinggi botol
2. Tanaman sudah berada lama didalam botol sehingga pertumbuhannya berkurang
3. Tanaman mulai kekurangan hara
4. Media dalam botol sudah mengering
Dari hasil yang kita dapat di atas, kita dapat mengetahui kondisi hasil subkultur setelah satu minggu di simpan di ruang pertumbuhan. untuk anggrek ini kondisi awal pada saat subkultur ialah karena kuantitas eksplan pada media sebelumnya sudah sangat padat. Untuk itu diperlukan pergantian media sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan optimal karena tidak kekurangan unsur hara untuk diserap. Pada saat subkultur, tanaman anggrek lebih mudah dan tidak terlalu rentan terhadap cahaya ataupun panas. Selain itu tanaman ini cukup menempel pada media, tidak perlu menancapkan terlalu keras pada media. Hal ini disebabkan akar tanaman anggrek lebih mudah untuk menyesuaikan dengan kondisi media tersebut.
Pada eksplan hasil percobaan tidak didapatkan kontaminasi pada media. Persentase keberhasilan adalah 2 % hingga di minggu pertama. Dimana pada pengamatan di minggu pertama terdapat kontaminasi pada media hamper semua hasil sub kultur hanya 2 botol yang tidak kontaminasi. Dan 2 minggu berikutnya 100 % kontaminasi pada media. Jenis kontaminan yaitu jamur.  Hal ini dimungkinkan karena proses kesterilan tidak  dijaga sehingga kontaminasi tidak dapat diminimalisir. Namun sudah  terdapat dari subkultur yang membentuk tunas baru dan eksplan masih dalam keadaan tetap segar dan hijau, ada juga yang sudah tumbuh beberapa organ , seperti tunas , akar.
Disamping itu , Faktor sterilitas ruangan juga  harus diperhatikan karena sangat menentukan terhadap kontaminasi. Ruangan yang sudah steril dapat saja berubah menjadi tidak steril pada saat musim hujan,sehingga dapat membawa masuknya bakteri dan jamur dari luar, serta dapat meningkatkan kelembaban yang akan mempercepat perkembangan mikroorganisme. Pengambilan meristem sebagai eksplan harus dilakukan dalam ruang steril (aseptik) agar tidak terkontaminasi (Sunarjono, 2002).
















5. KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal dalam melakukan subkuktur anggrek ,diantaranya:
a. Subkultur harus dilakukan karena memperhatikan beberapa faktor untuk kelangsungan hidup eksplan tersebut.
b. Lakukan subkultur sebaik mungkin untuk menghindari melukai eksplan ketika dipindahkan ke dalam media baru.
c. Tanaman anggrek (planlet) yang disubkulturkan tersebut semua tidak berhasil , 100 % mengalami kontaminasi baik pada media maupun tanamannya, namun penampakan planlet masih terlihat hijau dan segar, beberapa tumbuh tunas.
d. Kecepatan dan ketepatan ketika melakukan subkultur berpengaruh terhadapa hasil yang didapatkan.





DAFTAR PUSTAKA

______, 2005. [online] artikel “Budidaya Tanaman Anggrek” tersedia di : http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/ , diunduh pada Jum’at, 17 Desember 2010, pukul 16.40 WIB
Wetherell, 1976 [online] dokumen “ Tahapan-tahapan Kultur Jaringan” tersedia di www.kultujaringan.blogspot.com diunduh pada sabtu 20 November 2010, pukul 17.00 WIB
Yusnita, 2003 [online] dokumen “ Tahapan-tahapan Kultur Jaringan” tersedia di www.kultujaringan.blogspot.com diunduh pada sabtu 20 November 2010, pukul 17.00 WIB
Materi yang di sampaikan Dosen pengajar Pengantar  Kultur Jaringan Tanaman Subkultur dan pemeliharaan tanaman in vitro yaitu bapak Ir. Heru Sugito, MP dan Ibu Wangi Satutik,SP.

practical work report(storaging nd packaging seed)


LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENYIMPANAN DAN PENGEMASAN BENIH








Disusun Oleh :
Nama : Rida Purwanti
NIM   : A4109401
Prodi : Teknik Produksi Benih (TPB)
Praktikum : “Penggunaan desikan (absorben) dalam penyimpanan benih (kapur tohor) , KAK/ equilibrium moisture content (EMC) dan Daya berkecambah ”


PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Desember, 2011

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori
Desikan merupakan senyawa kimia yang mempunyai kemampuan tinggi dalam menyerap air,dan dapat digunakan untuk pengeringan atau mempertahankan kelembaban yang rendah jika disimpan bersama dengan benih (Mulyanto, 2010).
Kapur tohor memiliki sifat higroskopis, yaitu pada keadaan kering bahan tersebut dapat menyerap uap air dari lingkungan di sekitarnya. Dengan sifat seperti itu, bahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengering (desikan) dalam kemasan benih. Dengan pengeringalam kemasan benih, udara di sekitar benih dalam kemasan tersebut akan memiliki kelembaban relatif yang rendah. Kelembaban relatif yang rendah akan sangat kondusif bagi penyimpanan benih dalam jangka menengah dan panjang, karena akan menjaga kadar air benih tetap rendah selama penyimpanan, dan mencegah pertumbuhan dan perkembangan cendawan, sehingga viabilitas benih akan lambat mengalami penurunan.
Kadar air keseimbangan yaitu keadaan dimana keadaan air seimbang dalam kelembaban udara pada suhu tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh sikap higroskopis dari komponen penyimpanan pada benih, yaitu benih yang kandungan proteinnya tinggi atau kulit benih yang mudah maupun sukar menyerap air (Mulyanto,2010)

1.2 Tujuan
1. Mengetahui cara menjaga kadar air benih tetap terjaga pada saat penyimpanan benih.
2. Mendapatkan kadar air keseimbangan dan prosentase Daya Kecambah benih  setelah disimpan dengan perlakuan kapur tohor, silica dan abu gosok.
BAB 2. METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan : timbangan elektrik, kertas merang, tali raffia/ karet, botol kaca, kain kassa, germinator, kertas label, plastik
Bahan yang digunakan: benih jagung, benih kedelai , silica gel, kapur tohor, dan abu gosok .
2.2 Prosedur Kerja
a . Desikan
Menimbang benih kedelai sebanyak 35 gr
Masukan kedalam gelas kaca
Beri desikan (kapur tohor,abu gosok dan silica gel) kedalam gelas  berisi benih sesuai pembagiannya.
Tutup gelas  dengan plastik, ikat dengan karet
Beri label pada gelas
Benih disimpan dan diamati setelah 2 bulan
b. KAK
Timbang 5 gr benih kedelai dari masing – masing perlakuan
Masukkan kedalam cawan dan beri label
Masukkan kedalam oven
Timbang benih untuk mengetahui kadar airnya.

c. Uji Daya Berkecambah
benih kedelai dan benih jagung  diambil 40 butir dari masing – masing perlakuan
menyiapkan media UKDP
kemudian disusun secara zigzag diatas kertas merang lembab. Menggulung, mengikat dengan tali rafia.
memeberi label.
Menyimpan ke dalam germinator dan mengamati.














BAB 3. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Data pengamatan kadar air desikan komoditi jagung
kelompok jenis desikan KA  %
1 silica gel 5,44
2
3
4
1 kapur tohor 0,74
2
3
4
1 Abu Gosok 0.94
2
3
4

Tabel 1. Data pengamatan kadar air desikan komoditi kedelai
kelompok jenis desikan KA  %
1 silica gel 6.07
2
3
4
1 kapur tohor -5,01
2
3
4
1 Abu Gosok 4,80
2
3
4


Tabel 3. Data Pengamatan daya kecambah desikan pada komoditi jagung
kelompok jenis desikan DB  %
1 silica gel 89,38
2 kapur tohor 92,5
3 Abu Gosok 87,5

Tabel 3. Data Pengamatan daya kecambah desikan pada komoditi kedelai
kelompok jenis desikan DB %
1 silica gel 18,13
2 kapur tohor 9,38
3 Abu Gosok 20


DAN PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengujian menurut data KAK  benih jagung dan kedelai pada  pengamatan diatas dapat  dilihat bahwa dengan adanya desikan pada benih dapat menurunkan kadar air  benih hingga beberapa persen, masing-masing menunjukkan pengaruh yang nyata sesuai dengan jenis desikan yang diberikan. Dalam percobaan kali ini digunakan jenis desikan yang berbeda-beda yaitu silica gel, kapur, dan abu gosok. Dari data diatas bahwa yang paling memberikan pengaruh  penurunan kadar air yang paling nyata adalah jenis desikan kapur tohor . Sedangkan yang pengaruhnya kecil pada kedua komoditas  adalah silica gel .
Demikian juga pengaruh desikan terhadap  viabilitas (% DK) benih kedelai dan jagung , dari data pengamatan menunjukkan bahwa yang paling berpengaruh pada penurunan viabilitas benih atau bisa dikatakan deterioriasi benih yaitu dengan perlakuan desikan abu gosok yaitu untuk benih kedelai  . sedangkan pada pengujian jagung  , kebalikannya yaitu perlakuan dengan desikan abu gosok malah memberikan pengaruh kecil . yang berpengaruh besar terhadap penurunan viabilitas yaitu kapur tohor.
Dalam hal ini desikan jenis abu gosok  (benih jagung) dan kapur tohor (benih kedelai )  bisa dikatakan  mampu  menyerap kadar air disekitar benih, sehingga  kadar air tetap dalam keadaan seimbang. Kadar air yang kecil maka tingkat respirasi kecil, vigor dan viabilitas benih dapat meningkat serta mencegah tumbuhnya cendawan dan jenis hama lain yang dapat menyebabkan deteriorasi benih.
Tetapi pada pengujian KAK dan DK benih kedelai dan jagung , desikan silica gel masih termasuk bagus untuk bahan desikan dalam penyimpanan. Karena  pengaruhnya tidak terlalu signifikan dalam menurunkan  viabilitas begitu juga kadar air benih  dapat  dilihat pada prosentase daya kecambah dari data pengamatan .
Untuk penyimpanan benih sangat  diperlukan desikan untuk menjaga keseimbangan kadar air benih selama penyimpanan dan menurunkan kadar air benih. Mengingat seperti , benih  kedelai adalah benih ortodoks yang dapat disimpan lama pada kadar air rendah (4 – 8 %) dalam kondisi temperatur rendah (4 – 18 ÂșC dan RH 40 – 50%). Oleh karena itu sangat diperlukan desikan untuk benih kedelai agar daya berkecambah nya meningkat dan kadar air benih tetap dalam keadaan setimbang.   Benih  harus disimpan dalam stoples kaca yang telah diberi bahan desikan, seperti: silica gel; arang; abu gosok, sehingga udara didalam stoples diharapkan tetap kering dan dapat mempertahankan kadar air benih awal. Jika memungkinkan dapat disimpan dalam gudang benih yang suhu dan kelembabannya dapat diatur (t = 18°C;RH = 30%).



BAB 5. KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum  pengaruh desikan terhadap penyimpanan dan KAK serta DK , maka dapat disimpilkan bahwa :
1. Desikan kapur tohor  memberikan pengaruh yang nyata pada penyerapan kadar air benih baik pada jagung maupun kedelai. Sedangkan silica gel berpengaruh kecil  terhadap kedua komoditas.
2. Desikan abu gosok  memberikan pengaruh nyata dengan menurunkan viabilitas benih hingga 9,38%, pada  benih kedelai  . sedangkan pada  jagung  , kebalikannya yaitu perlakuan dengan desikan abu gosok malah memberikan pengaruh kecil . yang berpengaruh nyata  terhadap penurunan viabilitas yaitu kapur tohor hingga viabilitas benih jagung turun menjadi 87,5%
3. Desikan silica gel bisa juga menjadi rekomendasi bahan yang baik untuk penyimpanan , karena pengaruhnya yang baik terhadap kadar air benih. Begitu juga pada viabilitas .




DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com












LAPORAN
PRAKTIKUM
PEMULYAAN TANAMAN TERAPAN








Oleh :
Nama : Rida Purwanti
NIM : A4109354
Prodi : Teknik Produksi Benih (TPB)
Judul Praktikum : ‘’Seleksi Heterosis Tanaman Padi”




KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
November – Desember , 2011

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori
Heterosis atau Hybrid Vigor menurut Poehlman (1979) didefinisikan sebagai peningkatan dalam ukuran atau vigor dari suatu hibrida melebihi rata - rata kedua tetuanya. Pengaruh dari heterosis pada suatu tanaman dapat dilihat dalam berbagai bentuk, seperti tinggi tanaman, ukuran daun, ukuran sel, perkembangan akar, peningkatan hasil dan bentuk lainnya. 
Batasan dari heterosis dapat berbeda - beda tergantung dari pembanding yang digunakan (Welsh 1981). Heterosis dapat berarti perbaikan karakter F1 dibandingkan dengan karakter induk terbaiknya. Batasan lainnya adalah membandingkan F1 dengan rata - rata karakter induknya. 
Heterosis sangat penting pada pemuliaan tergantung dari level dominansi serta perbedaan gen-gen yang terakumulasi. Galur yang akan dijadikan tetua dalam pembentukan hibrida padi , terlebih dahulu diuji keunggulannya dengan metode seleksi tetua berdasarkan nilai daya gabung (combining ability). Daya gabung terbagi menjadi dua jenis, yaitu daya gabung umum (general combining ability) dan daya gabung khusus (specific combining ability). 

1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu:
1.Untuk mengetahui porsentase heterosis.
2.Untuk mengetahui apakah tanaman  padi yang berasal dari biji F1 lebih baik dari pada tetuanya





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Istilah hibrida ditujukan tehadap suatu varietas yang ditanam untuk keperluan komersial yang berupa benih F1, yang dihasilkan melalui persilangangenotipegenotipe terseleksi. Karakteristik umum varietas hibrida yang digunakansecara komersial penggunaannya hanya terbatas pada F1 nya saja. Perbanyakanhibrida F1 melalui persilangan acak akan menyebabkan penurunan hasil padagenerasi-generasi selanjutnya. Informasi pola heterotik dan daya gabung diantara plasma nutfah jagung sangat penting dalam memaksimalkan pengembanganhibrida (Beck et al 1990). Menurut Singh (1987) program pemuliaan jagung hibrida pada dasarnyaterdiri dari empat tahap, yaitu :
1. Pembentukan galur-galur murni yang stabil,vigor, serta berdaya hasil benih tinggi. 
2. Pengujian daya gabung dan penampilan dari galur-galur murni tersebut. 
3. Penggunaan galur-galur murni terpilihdalam pembentukan hibrida yang lebih produktif. 
4. Perbaikan daya hasil sertaketahanan terhadap hama dan penyakit. 
Galur murni dihasilkan dari penyerbukan sendiri hingga diperoleh tanaman yang homozigot. Hal ini umumnya memerlukanwaktu lima hingga tujuh generasi penyerbukan sendiri yang terkontrol. Galur murni dibentuk dari varietas bersari bebas (open pollinated variety) namun ada pula yang dibentuk dari banyak sumber yang lain seperti seperti varietas sintetik,varietas komposit, atau populasi generasi lanjut dari hibrida (Singh 1987). Dengan penyerbukan sendiri, terjadi segregasi dan penurunan vigor.Tambahan penurunan vigor akan terlihat pada tiap generasi penyerbukan sendirihingga galur homozigot terbentuk. Selain mengalami penurunan vigor, individutanaman yang diserbuk sendiri menampakkan berbagai kekurangan seperti:tanaman bertambah pendek, cenderung rebah, peka terhadap penyakit, dan bermacam-macam karakter lain yang tidak diinginkan. Munculnya fenomena fenomen tersebut dikenal dengan istilah depresi tangkar dalam atau inbreeding depression (Poehlman 1983). 
Program pengembangan galur murni bertujuan untuk menghasilkan galurgalur yang mempunyai potensi tinggi. Karenagalur murni diharapkan memiliki potensi genetik untuk menghasilkan pasangankombinasi hibrida yang berdaya hasil tinggi, maka galur murni tersebut harusmemiliki gen-gen yang memiliki sifat-sifat unggul tersebut. Nilai sesungguhnya dari suatu galur murni adalah kemampuannya untuk memberikan daya gabungyang baik apabila dikombinasikan dengan galurgalur lain Tiga tipe hibrida sudahdigunakan secara komersial, yaitu hibrida silang tunggal ( single cross hybrid ),hibrida silang ganda (double cross hybrid ), dan hibrida silang tiga (three-waycross hybrid ) (Sprague dan Dudley 1988).Setiap tipe hibrida memiliki konstitusi genetik yang berbeda. Hibridasilang tunggal adalah hibrida dari persilangan antara dua galur murni yang tidak  berhubungan satu sama lain. 
Galur galur murni yang digunakan dalam silangtunggal diasumsikan telah homozigot. Hibrida silang tiga adalah hibrida dari persilangan antara silang tunggal dengan satu galur murni. Silang tiga berbedadengan modifikasi silang tunggal, dimana ketiga galur murni tidak berhubungansehingga lebih berbeda secara genetik dan penampilannya lebih beragam. Hibridasilang ganda adalah progeni hibrida dari persilangan antara dua silang tunggal.Silang ganda melibatkan empat galur murni yang tidak berhubungan satu samalain. Pasangan galur murni disilangkan sehingga membentuk dua silang tunggal,kemudian disilangkan untuk menghasilkan silang ganda.
Untuk mendapatkan hibrida dengan hasil yang tinggi, galur murni perlu di bentuk dari dua atau lebih populasi dasar yang berbeda secara genetik sehinggamemberikan tingkat heterosis yang tinggi pada F1 hasil persilangan (Singh 1987). Keturunan hasil persilangan dua galur murni akan menampakkan peningkatan vigor melampaui galur-galur tetuanya. Namun, dari ribuan galur murni yang diuji hanya sedikit sekali yang menampakkan heterosis yangmenguntungkan secara ekonomis (Allard 1960).Lawan dari efek heterosis adalah efek penangkaran dalam (inbreeding depression) atau hilangnya vigor tanaman setelah perkawinan antar individu yang berkerabat dekat (Welsh 1981). Crowder (1986) menambahkan bahwah omosigositas yang dihasilkan oleh penangkaran dalam pada tanaman menyerbuk silang atau hewan hasil persilangan sering mengakibatkan menurunnya ketegaranatau vigor menjadi lemah, mulai dari ukuran, produksi tepung sari, tinggi tanamanyang disebabkan munculnya gen - gen resesif yang tidak menguntungkan.
Daya Gabung
Faktor utama yang menentukan keunggulan hibrida adalah daya gabung galur murni. Pada awalnya, daya gabung merupakan konsep umum untuk mengklasifikasikan galur murni secara relatif menurut penampilan hibridanya(Hallauer dan Miranda 1988).Melalui persilangan buatan di antara semua pasangan tetuanya, dapatdiketahui potensi hasil suatu kombinasi hibrida, besarnya nilai heterosis, dayagabung, dan dugaan besarnya ragam genetik suatu karakter. Hasil tinggi dapatdiperoleh apabila kombinasi antar galur memiliki nilai heterosis dan daya gabung khusus yang besar. Daya gabung umum yang tinggi tidak selalu memberikan nilaidaya gabung khusus yang tinggi (Silitonga et. al. 1993) Daya gabung merupakan ukuran kemampuan suatu galur atau tetua, yang  bila disilangkan dengan galur lain akan menghasilkan hibrida dengan penampilansuperior. Konsep daya gabung sangat penting dalam pemuliaan, berkaitan dengan prosedur pengujian galur-galur berdasarkan penampilan kombinasi keturunannya. Nilai masing-masing galur terletak pada kemampuannya untuk menghasilkanketurunan unggul bila dikombinasikan dengan galur - galur lain (Allard 1960). Poespodarsono (1988) mengartikan daya gabung sebagai kemampuan genotipe untuk memindahkan sifat yang diinginkan kepada keturunannya. 
Daya gabung terbagi menjadi dua jenis, yaitu daya gabung umum ( general combining abilty ) dan daya gabung khusus ( spesific combining ability ). Daya gabung umum (DGU) adalah kemampuan individu tetua untuk menghasilkan keturunan yangunggul untuk suatu karakter tertentu yang disilangkan dengan sejumlah tetua lainnya atau rata - rata penampilan keturunan dari persilangan satu tetua dengansejumleh tetua lainnya. Daya gabung umum yang baik adalah nilai rata – ratakombinasi mendekati nilai rata – rata keseluruhan persilangan. Daya gabungkhusus (DGK) adalah kemampuan individu tetua untuk menghasilkan keturunanyang unggul jika disilangkan dengan kombinasi yang spesifik dengan tetualainnya atau penampilan keturunan dari persilangan satu tetua dengan tetualainnya yang lebih baik dari daya gabung umum untuk tetua tersebut (Poehlmandan Sleeper 1990).Daya gabung umum relatif lebih penting dari daya gabung khusus untuk galur-galur murni yang belum diseleksi. Sebaliknya, daya gabung khusus lebih penting dari daya gabung umum untuk galur-galur murni yang telah diseleksisebelumnya terhadap peningkatan hasil (Sprague dan Tatum 1942).
Pengujian daya gabung dapat dilakukan dengan metode diallel cross ,yakni evaluasi terhadap seluruh kombinasi hibrida silang tunggal dari sejumlahgalur murni (Stoskopf et al 1993).Henderson (1952) menyatakan bahwa daya gabung umum tidak memilikiarti, kecuali bila nilainya dibandingkan pada lebih dari satu individu dan populasi penguji serta lingkungan yang ditentukan. Chaudhari (1971) menyatakan dayagabung khusus digunakan untuk menduga suatu persilangan dengan beberapakombinasi yang ada relatif lebih baik atau lebih buruk dari yang diharapkandengan dasar rata – rata penampilan dari galur yang dilibatkan. Secara umum,menurut Henderson (1952) daya gabung khusus merupakan konsekuensi dariinteraksi gen intra alel (dominan) dan interaksi gen inter alel (epistasis).Daya gabung umum (DGU) yang tinggi menunjukkan bahwa tetuatersebut memiliki daya gabung yang baik. Sedangkan nilai DGU yang rendah, berarti tetua yang bersangkutan mempunyai daya gabung rata-rata yang lebihrendah dibandingkan dengan tetua - tetua yang lain. Nilai positif atau negatif dariDGU tergantung pada karakter yang diamati dan bagaimana cara menilainya.Daya gabung khusus (DGK) yang tinggi menunjukkan bahwa tetua tersebutmemiliki kombinasi persilangan yang tinggi dengan salah satu dari tetua - tetuayang digunakan (Sutjahjo 1987).
  Informasi yang diperoleh dari pendugaan nilai DGU dan DGK sangat penting dalam suatu program pemuliaan. Sesuai dengan pendapat dari Soewarso(1982) bahwa informasi genetik yang diperoleh dari pengujian DGU dan DGK dan resiprokalnya akan berguna untuk menentukan tetua dan metode pemuliaanyang sesuai dalam rangka perbaikan sifat - sifat tanaman. Daya gabung yangdidapat dari persilangan antar seluruh tetua dapat memberikan informasi tentangkombinasi - kombinasi yang dapat memberikan turunan yang berpotensi hasiltinggi. Hasil yang tinggi dapat diperoleh pada kombinasi yang memiliki efek heterosis dan daya gabung khusus yang besar. Galur yang memiliki nilai dayagabung umum yang tinggi tidak selalu memberikan nilai daya gabung khususyang tinggi pula (Silitonga et. al.1993).Menurut Setiyono dan Subandi (1996), hasil pipilan suatu hibrida F1 akantinggi apabila kedua tetua komponen pembentuk hibrida tersebut memiliki efek DGU dan DGK tinggi. Untuk umur masak, efek DGU dan DGK yang negatif sangat bermanfaat untuk merakit varietas berumur genjah.

Persilangan Dialel
Persilangan dialel adalah sebuah set persilangan yang dilakukan melibatkan sejumlah ”n” galur dalam seluruh kombinasi persilangan yang mungkin (Singh dan Chaudhary, 1979). Analisis persilangannya disebut analisis dialel yang menyediakan informasi tentang parameter genetik, DGU dan DGK tetua dan turunannya. Salah satu metode yang umum digunakan untuk analisisdialel adalah dengan pendekatan Metode Griffing. Menurut Griffing (1956),terdapat empat macam metode yang bisa digunakan untuk analisis dialel, yaitu :1. Metode I : kombinasi lengkap p2, terdiri dari tetua, F1 dan persilangan resiprokalnya.2. Metode II : ½ p (p + 1) kombinasi terdiri dari tetua dan F1.3. Metode III : p (p – 1) kombinasi terdiri dari F1 dan resiprokalnya.4. Metode IV : ½ p (p – 1) kombinasi terdiri dari F1 saja.Pemilihan metode yang akan digunakan tergantung dari tujuan analisisnya.Dalam penentuan tetua - tetua yang akan dipakai dalam persilangan, interpretasi hasil analisis dialel dibagi ke dalam dua kelompok model (Griffing, 1956), yaitu :
1. Model tetap ( fixed model ), dengan menggunakan tetua - tetua tertentu yangmerupakan genotipe yang dimaksud. Estimasi yang diperoleh hanya berlaku untuk genotipe yang dimasukkan ke dalam pengujian, tidak berlaku untuk populasi lain.
2. Model acak (random model ), dengan menggunakan tetua - tetua yangmerupakan contoh acak dari populasi tetua yang dimaksud. Estimasi yangdiperoleh diinterpretasikan berkaitan dengan populasi tetua, darimana genotipediambil secara acak.











BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan
Kalkulator
Alat Tulis
Data Persilangan tinggi tanaman kedelai varietas Ciherang X stik 240 dan Situbagendit X stik 240

3.2 Prosedur Kerja
Mengukur tinggi tanaman dan jumlah anakan   yang diamati dari tetua jantan, betina dan F1.
Semua pengamatan dilakukan dengan sejumlah ulangan, yaitu 3 kali pengamatan.








BAB IV
HASIL PENGAMATAN


Tanggal  pengamatan : 11 november 2011.
Tanggal tanam : 26 Agustus 2011

Tabel  pengamatan tinggi tanaman padi dan jumlah anakan
Ulangan Tinggi Tanaman
ciherang situbagendit Stik 240 Ciherang vs stik 240 Situbagendit vs stik 240
1 117 cm 89 cm 115 cm 105 cm 105 cm
2 115 cm 102 cm 119 cm 106 cm 104 cm
3 116 cm 97 cm 116 cm 106 cm 105 cm
Rata-rata 116 cm 96 cm 116,67 cm 105,67 cm 104,67 cm

Ulangan Jumlah anakan
ciherang situbagendit Stik 240 Ciherang vs stik 240 Situbagendit vs stik 240
1 102 117 97 75 129 
2 101 92 93 92 114 
3 103 114 96 97 125 
Rata-rata 102 107,67 95,33 88 122,67 


Jadi dapat disimpulkan dengan table seperti dibawah ini:
Varietas Tinggi Anakan
Ciherang Tetua 116 cm (H) 102 cm (L)
Situbagendit Tetua 96 cm 107,67 cm
SStik 240 Tetua 116,67 cm (L) 95,33 cm (H)
Ciherang vs stik 240 F1 105,67 (F1) 88 cm (F1)
Situbagendit vs stik 240 F1 104,67 cm 122,67 cm

1. Tinggi Tanaman Padi 
High Parents = 105,67 – 116,67 / 116,67 x 100 % = 9,43%
Low Parents = 105,67 - 116 / 116 x 100 % = 8,91 %
Mid Parents = 105,67 – (116 + 116,67)/2 / (116 + 116,67)/2 x 100 %
        = 9,17 %
2. Jumlah anakan padi
High Parents = 88  – 95,33  / 95,33  x 100 % = 7,69 %
Low Parents = 88 – 102  / 102  x 100 % = 13,73 %
Mid Parents = 88 – (102 + 95,33 )/2 / (102 + 95,33)/2 x 100 %
        =  10,81 


BAB VI
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum analisa efek heterosis pada padi yang ditunjukkan pada tabel.  didapatkan bahwa dalam sebuah persilangan dalam hal ini persilangan antara padi berbeda varietas (ciherang, situbagendit, Stik 240, Ciherang vs stik 240 , Situbagendit vs stik 240 ) . antara 2 induk yang memiliki sifat yang baik, memiliki keturunan yang lebih baik antara keduanya Satu individu dan individu lainnya genetis berbeda.  Karenakeragaman genetis cukup besar peranannya dalam menentukan kriteria seleksi.
Bagi pemulia tanaman faktor seleksi adalah penting. Seleksi ini dapat terjadi secara alamiah maupun buatan (dilakukan oleh manusia). Secara alam, misalnya, suatu individu mempunyai keturunan yang lebih sedikit dibandingkan rata–rata individu yang lain sehingga frekuensinya semakin berkurang atau keadaan lingkungan mempengaruhi individu–individu yang akan disidangkan atau dibuang.
Analisis Heterosis pada tanaman padi dilakukan dengan analisa data pengamatan berdasarkan tinggi tanaman dan jumlah anakan. Dibandingkan antara tetua dengan F1 nya.  Heterosis atau ketegapan (vigor) hibrida diukur sebagai superioritas (keunggulan) hibrida di atas rata – rata tetuanya. Dalam hal ini  terdapat 3 kriteria yang dipakai dalam menentukan efek dari heterosis yaitu hight parent, mid parent, dan low parent. Rumusnya :
1. Heterosis tetua terbaik (best/high parent heterosis) 
Yaitu  dihitung sebagai selisih penampilan keturunan F1 dari tetua dengan penampilan lebih baik.
Rumus :

2. Heterosis antara tetua (midparent heterosis) 
Rumus : 

Yaitu ditentukan sebagai penyimpangan penampilan keturunan F1 dari rata-rata tetuanya. Penentuan heterosis ini diperlukan untuk kepentingan kajian genetik namun kurang memiliki nilai praktis. 
3. Tetua terendah (low parents) 
Rumus : 
Yaitu dihitung dengan selisih sebagai penampilanketurunan F1 dari tetua dengan penampilan lebih rendah.
Hasil perhitungan efek heterosis menunjukkan bahwa hasil dari persilangan individu varietas padi . berdasarkan penampakan luarnya yaitu untuk efek heterosis pada tinggi tanaman menunjukkan bahwa hasil persilangan (F1) lebih tinggi dari pada tetua terbaik, tetua tengah, dan tetua terjelek yang masing-masing sebesar  9,43% , 9,17 %  dan 8,91 %  . kemudian pada jumlah anakan untuk F1 / hasil persilangannya sama tingginya , jadi jumlah anakan dai tanaman F1 lebih banyak dari tetua terbaik, tetua tengah, dan tetua terjelek yang masing-masing sebesar  7,69 % , 10,81 % dan 13,73 %. 
Adanya peran dari faktor - faktor dominan dari banyak gen yang menimbulkan efek heterosis, sedangkan pada teori lewat dominansi, heterosis terjadi karena adanya tanggapan dan interaksi dari keadan heterozigot. Informasi mengenai pengaruh heterosis dalam persilangan galur inbrida menentukan dalam pemilihan galur sebagai tetua yang potensial untuk memperoleh hibrida berdaya hasil tinggi. Salah satu acuan dalam menentukan matrik persilangan galur inbrida adalah asal-usul tetuanya (Moentono 1987).
 Efek Heterosis yang tinggi pada F1 padi diduga diperoleh dari tetua hibrida yang berbeda secara genetik dan mempunyai potensi hasil tinggi (Virman et. al  1981). Konsep heterosis merupakan dasar dalam pembentukan hibrida unggul. Galur yang akan dijadikan tetua dalam pembentukan hibrida jagung, terlebih dahulu diuji keunggulannya dengan metode seleksi tetua berdasarkan nilai daya gabung (combining ability).
Tetapi apabila hasil efek heterosis dari persilangan tersebut rendah atau jelek . kemungkinan Pada proses silang dalam ( selfing ) yang dilakukan, terjadinya kemunduran sifat ,seperti  berkurangnya jumlah anakan,  ukuran tinggi dari standar normal dan berkurangnya tingkat kesuburan reproduksi dibandingkan dengan tanaman tetuanya. Dan Kemunduran sifat-sifat ini sering disebut adanya tekanan silang dalam. Kemunduran yang terjadi pada suatu galur  inbred sebagai akibat proses selfing  dari generasi ke generasi akan mengalami kemajuan genetik pada F1 bila dua galur Inbred yang tidak berkerabat disilangkan sesuai dengan teori munculnya heterosis (Mangundidjojo, 2007).


BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari percobaan mengenai seleksi heterosis tanaman padi  maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Tinggi tanaman padi hasil persilangan (F1) lebih tinggi dari pada tetua terbaik, tetua tengah, dan tetua terjelek yang masing-masing sebesar  9,43% , 9,17 %  dan 8,91 %   
2. Jumlah anakan  padi hasil persilangan (F1) lebih banyak dari pada tetua terbaik, tetua tengah, dan tetua terjelek yang masing-masing sebesar  7,69 % , 10,81 % dan 13,73 %
3. Heterosis yang tinggi pada F1 diduga diperoleh dari tetua yang berbeda secara genetik dan mempunyai potensi hasil tinggi. 





DAFTAR PUSTAKA

http://www.scrip.doc.com